Where it all begins.. si anak MLM

where it all begins si anak mlm

Entah kenapa sebagian besar orang anti sekali dengan yang namanya MLM, mungkin sebetulnya hanya karena cara yang salah dari para pelaku yang menawarkan bisnisnya dengan cara memaksa atau bahkan menjebak 😀 . Padahal business wise, konsepnya benar-benar bagus dan soft skill yang bisa dipelajari ketika menjalankan MLM itu luar biasa buanyakkk. Cocok banget buat orang-orang yang baru mau mulai berbisnis, i’ll tell you through this story..

Sekitar tahun 2007-2009

Jadi awal mulanya saya terjerumus ke MLM itu begini.. Suatu hari di kampus saya melihat teman saya Dillon grasak grusuk sibuk banget ketemu orang sana sini lalu kayak menjelaskan sesuatu gitu. Nah penasaran lah saya, kalau diibaratkan, disaat orang lain semua mau kabur dari mulut singa, saya malah kayak mangsa empuk yang datengin mulut singa. Hahaha. Dijelaskan lah saya kalau dia lagi ngembangin bisnis blablabla.. Cuma satu hal yang nyangkut di kepala saya waktu itu “Ga usah kerja, nanti dibantu dicarikan jaringan, kalau jaringannya jalan, santai-santai dapet duit, tertariklah saya untuk join. Hahaha naif bangettt…

Waktu itu akhirnya diketemukan lah saya dengan uplinenya Dillon yang juga teman seangkatan saya di FEUI, Anggie dan kakaknya Ko Tommy. Si Anggie ini akhirnya menjadi salah satu teman baik saya dan teman seperjuangan ketika merintis bisnis bersama-sama di kemudian hari. Okay back to MLM, saat itu investasi awalnya Rp. 2 juta dan of course sebagai mahasiswa saya ragu ngeluarin duit segitu, mendadak muncul deh tuh berbagai alasan lain seperti “Tapi kan saya ga punya motor, nanti gimana cara saya jalanin bisnisnya” ternyata justru disinilah saya pertama kali mendapat mindset tweak dari Ko Tommy “Pola pikirnya justru dibalik, kalau saat ini belom punya motor, justru kita kerja keras di bisnis ini, supaya bisa beli motor” katanya. Hmm oke masuk akal, dimulai lah perjalanan saya di bisnis MLM.

Saya masih ingat betul poin pertama saat baru mulai, kita disuruh tentukan apasih impian kita, print di kertas dan tempel di dinding kamar. Tujuannya simple, supaya kita tetap bertahan ketika harus mengarungi sulitnya bisnis ini. Dengan impian, kita punya alasan untuk terus berusaha sampai happy ending (membahagiakan orang tua, rumah baru, mobil mercy dan sebagainya). Selain itu, saya juga belajar tentang pentingnya paradigma, sikap positif dan lingkungan positif jika ingin sukses.

Buku Cashflow Quadrant & Berpikir dan Berjiwa Besar

Ada 2 buku bagus yang prinsip-prinsipnya nancep banget buat saya hingga saat ini :

  1. Yang Pertama, buku “Cashflow Quadrant” by Robert T. Kiyosaki, di buku ini dijelaskan dengan sangat baik pola pola kerja dan cara kita memperolah income. Ada perbedaan mencolok antara mereka yang hidupnya miskin, biasa, kaya dan super kaya. Dijelaskan bahwa untuk memiliki kebebasan finansial, kita harus berada di Quadrant ‘B’ Business & ‘I’ Investor dimana kita sudah mempunyai sistem yang berjalan sendiri dan uang yang bekerja untuk kita, bukan kita bekerja untuk uang.
  2. Yang Kedua, buku “Berpikir dan Berjiwa Besar” by David J. Schwartz, buku ini pastinya benar-benar mengubah cara pandang saya dalam segala hal, terutama sikap kita setiap kali menghadapi suatu tantangan atau masalah, terlalu banyak mindset salah yang harus kita perbaiki melalui buku ini, so i really recommend you to read this book!

Hampir 2 tahun berlalu di bisnis ini, bolos kuliah, ke kampus pake kemeja lengan panjang dan celana bahan 😀 , naik turun angkot, keliling-keliling jakarta untuk presentasi, hujan-hujan harus pergi pertemuan, ditolak orang dan pulang malam sudah jadi rutinitas. Mengembangkan jaringan hingga ke Tanjung Pinang Riau, pertama kalinya bisa beli motor, jatuh dari motor, dipaksa prospecting orang baru di gramedia, dan lain lain.. Semua itu cukup membekas di hati dan membentuk mental saya dikemudian hari. Tapi sayangnya, secara duit boleh dibilang NOL, hanya motor honda legenda tua yang berhasil saya beli dan hingga sekarang masih saya rawat & gunakan sebagai pengingat kerja keras di masa lalu.

Motor perjuangan Aaron Guing

Bukan bisnis MLMnya yang jelek, kalau kita mau jujur dan melihat, selalu saja ada orang lain yang menjadi lebih sukses walau mulainya belakangan. Berarti jika orang lain bisa sukses, sedangkan kita tidak, yang salah bukan bisnisnya, tapi pelakunya. Disini saya menekankan untuk menghindari mental ‘blaming yang selalu mencari kambing hitam atas setiap kesalahan / kegagalan. Karena kalau kita selalu bermental blaming, sudah pasti kita akan selalu mencari alasan di setiap masalah, bukannya mencari jalan keluar.

 

End of story, ada beberapa poin kenapa menurut saya MLM itu bisnis yang cukup ideal :

  • Modal cenderung kecil dan tidak ada barrier to entry bagi pebisnis pemula.
  • Kita akan dilatih untuk punya banyak softskill, mulai dari cara menjual, handling objection, memahami karakter orang, seni komunikasi, dsb. Kita juga diajari untuk punya kebiasaan positif seperti baca buku, ikut seminar, self-upgrade.
  • Yang pasti akan banyak proses pematangan diri mulai dari mental agar pantang menyerah, sudut pandang positif, melatih keberanian, leadership hingga memanage puluhan bahkan ribuan orang (bagi yang karirnya cukup bagus).
  • Pendapatan unlimited, berkembang seiring besarnya jaringan dan kapasitas diri kita sebagai leader. Cukup banyak leader-leader MLM / asuransi yang penghasilannya ratusan hingga miliaran per bulan.
  • Jika jaringannya luas, aset kita menjadi sangat kuat dan biasanya bahkan bisa diwariskan (tentunya pemilihan perusahaan yang tepat juga penting). Coba bayangkan kerja keras beberapa tahun diawal, passive incomenya seumur hidup.
  • Sistem reward, susah rasanya untuk menemukan perusahaan yang suka bagi-bagi hadiah mobil dan jalan-jalan gratis keluar negeri setahun bisa 3-4x (asli kalau udah pernah ngerasain sekali, pasti ketagihan).

 

PS : kalau boleh pilih, saya mah mau jadi leader MLM yang sukses, jaringan besar, income besar, kerja santai-santai sambil nikmati hidup 😀

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *